bulat.co.id - Ternyata oh ternyata, Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di dunia loh. Menduduki posisi ke-enam dalam ukuran, Pulau Sumatera memiliki sejarah panjang dalam catatan sejumlah negara.
Dalam bahasa Sansekerta, Pulau Sumatera dijuluki pulau emas atau dikenal dengan Pulau Percha, Andalas, atau juga Suwanadwipa. Wah banyak juga ya namanya.
Para penjajah negeri kita, memberikan sejumlah nama untuk Sumatera. Mereka mengenalnya dengan nama Pulau Percha yang dalam bahasa Melayu disebut Pritcho. Dalam sejumlah karya sastra Melayu disebut juga sebagai Indalas yang merujuk pada pulau di semenanjung Malaya.
Dilansir dari okezone, seorang orientalis asal Inggris pada abad ke-19 yang pernah singgah ke Bencoolen (Bengkulu) dirinya berpendapat bahwa Indalas sangat mirip dengan Andalusia. Suatu wilayah kekuasaan Arab di Spanyol pada saat masa jayanya.
Sementara kata Percha berasal dari bahasa melayu yang berarti sebuah potongan atau robekan.
Marsden memandang Percha sebagai salah satu yang ganjil karena mengingatkan pada robekan layar kapal.
Namun kata tersebut bisa dibilang masuk akal, jika mengacu kepada patahan daratan di sisi timur.
Seorang musafir dari Tiongkok yang bernama I-tsing (634-713) yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada saat abad ke 7, menyebut Pulau Sumatera dengan nama chin-chou yang memiliki arti ‘negeri emas’.
Dalam berbagai prasasti, istilah Suwarnadwipa dan Suwarnabhumi yang telah disebutkan. Sumatera disebut dengan Suwarnadwipa (pulau emas) dan Suwarnabhumi (tanah emas).
Nama-nama tersebut digunakan dalam naskah-naskah India sebelum Masehi.
Dalam naskah Buddha yang paling tua diceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Shuwarnabhumi.
Sementara itu para musafari Arab menyebut Sumatera dengan nama Serendib (tepatnya Suwarandib).
Kata tersebut adalah penyalinan dari Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, seorang ahli geografi asal Persia yang mengunjungi Sriwijaya pada 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib.
Namun ada juga yang menerjemahkan Serendib dengan Srilangka dan tidak pernah disebut Suwarnadwipa.
Dikalangan bangsa Yunani purba, Sumatera telah dikenal dengan nama Taprobana.
Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, tepatnya tahun 165, menggunakan nama Taprobana Insul.
Naskah Yunani pada tahun 70, Periplous tes Erythras Thalasses mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki chryse nesos yang berarti pulau emas.
Dalam kitab Yahudi, Melakim (raja-raja), fasal 9, diterangkan bahwa Nabi Sulaiman a.s, raja Israil menerima 420 talenta emas dari Hiram, Raja Tirus yang merupakan bawahannya.
Emas tersebut didapatkan dari negeri Ophir. Dalam kitab Al-Qur’an, surat Al-Anbiya’81, menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardha l-Lati barak-Na fiha).
Banyak ahli berpendapat bahwa negeri Ophir yang dimaksud itu terletak di Sumatera. Kota tirus merupakan pusat pemasaran barang-barang dari Timur Jauh.
Ptolemaios pun menulis Geographike Hyphegesis bahwa seorang pedagang Tirus bernama Marinus.
Banyak petualang Eropa pada abad ke 15 dan ke 16 mencari emas ke Sumatera. Beranggapan karena disanalah letak negeri Ophir, Nabi Sulaiman a.s.
(Red)