bulat.co.id -PEKALONGAN | Tradisi sebar uang atau
udik-udikan memang kerap kali dilakukan oleh sejumlah warga kalangan atas di
Pekalongan. Hal ini dilakukan sebagai ucapan rasa syukur.
Namun ternyata,
tradisi udik-udikan ini banyak menyimpan cerita. Bahkan tak jarang dalam acara
udik-udikan ini, banyak menimbulkan korban.
Seperti yang
terjadi baru-baru ini di Pekalongan, Jawa Tengah, bos perusahaan kain batik
Pekalongan, Ramadhan (38) menggelar acara udik-udikan pada hari Minggu (9/7/23)
di Kelurahan Jenggot, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, Jawa
Tengah.
Baca Juga :Tradisi Sebar Uang Udik-udikan Makan Korban, begini Penjelasan Penyelenggara
Namun kegiatan ini
banyak meninggal sederatan fakta. Berikut fakta yang ada dalam acara
udik-udikan bos perusahaan kain batik Pekalongan.
Sebar Uang Rp 35 Juta
Pihak
penyelenggara Ramadhan mengaku menyebar uang sekitar 30-35-an juta. Acara ini
dilakukan guna meluapkan rasa syukur atas kelahiran anaknya yang ketiga. Dia
mengaku jika acara tersebut merupakan tradisi tasyakuran 40 hari kelahiran sang
bayi dan hal ini merupakan tradisi kearifan masyarakat setempat.
"Kami
menyebar uang sekitar 30-35-an juta. Alhamdulillah berjalan lancar, bahkan kami
kaget tidak mengira jika yang datang sampai membludak sebanyak itu," ujarnya.
Baca Juga :Puluhan Kampung di Pekalongan Terdampak Banjir Rob, Satu Diantaranya Berpotensi Tenggelam
Timbul Korban Anak-anak
Dalam acara
udik-udikan yang digelar bos perusahaan kain batik Pekalongan sempat jatuh
korban. Kali ini korbannya tiga anak kecil. Mereka terinjak-injak dan pingsan saat
ikut berebut sebaran uang udik-udikan. Bahkan pagar tembok kelurahan setempat
roboh akibat kegiatan ini.
"Kalaupun ada yang
pingsan, sudah kita tanggung sepenuhnya baik pengobatannya, termasuk pagar
kelurahan yang rusak," ujar Ramadhan.
Ada tiga korban
anak-anak di ketahui pingsan karena ikut berebutan uang udik-udikan dan sudah
mendapatkan pengobatan, bahkan sudah kembali ke rumahnya masing-masing.
Polisi Bakal Periksa Ramadhan Terkait
Peristiwa Udik-udikan
Polisi bakal meminta
keterangan bos batik Ramadhan (38) yang menyebarkan duit puluhan juta saat
tradisi udik-udikan di Kelurahan Jenggot, Pekalongan Selatan.
Baca Juga :Ngaku Temukan Batu Meteor, Pria di Nganjuk Mimpi Dapat Pesan dari Wanita Tua
Tradisi itu mengundang ribuan massa hingga membuat
empat orang pingsan.
"Untuk sohibul hajat akan kita mintai keterangan dan
selanjutnya akan kita limpahkan ke Satreskrim Polres Pekalongan," kata Kapolsek
Pekalongan Selatan, AKP Aries Tri Hartanto saat ditemui di Kantor Kelurahan
Jenggot, Pekalongan pada Minggu (9/7/23).
Aries menyebut ada empat korban pingsan karena
berdesak-desakan saat berebut udik-udikan. Saat ini, kondisi korban sudah
membaik.
"Para korban, sudah membaik. Tidak ada yang
meninggal dunia seperti yang diisukan. Empat orang pingsan, satu orang ibu-ibu
dewasa, dan tiga anak-anak, yang dua sudah diperbolehkan pulang," ungkap Aries.
Pemerintah Setempat Sempat Minta Acara
Dibatalkan
Di lokasi yang sama, Lurah Jenggot Muhamad Fatoni menyebut
pihaknya bersama aparat setempat sudah meminta acara itu dibatalkan. Namun,
pemilik hajatan tetap bersikukuh alias ngeyel.
Baca Juga :12 Anggota Geng Motor Diamankan Tim Anti Begal Presisi dan PCR Polrestabes Medan
"Sebelumnya sudah kita ingatkan untuk tidak
menggelar acar itu. Kita sendiri tahu juga dari informasi sosial media dan saya
datangi bersama RT, Babinsa dan babinkamtibmas. Kita berupaya melarang, namun
tetap bersikukuh menggelar acara itu," kata Fatoni.
Pihaknya pun akhirnya meminta Ramdhan membuat
surat pernyataan siap bertanggung jawab akibat acara yang digelarnya. Pihaknya
pun sudah memprediksi antusiasme warga yang membeludak di acara bagi-bagi duit atau
udik-udikan itu.
"Yang datang ribuan warga, kita antisipasi dan
ternyata apa yang kita khawatirkan terjadi. Ribuan warga berdesak-desakan
berebut uang yang disebarkan dari atas. Ya banyak anak-anak yang ikut, tadi ada
yang pingsan. Salah satunya sempat kita evakuasi ke puskesmas," kata Fatoni.
Ramdhan Siap Bertanggungjawab
Sementara itu, pemilik hajatan Ramadhan menyebut
acara ini digelar sebagai syukuran buah hati ketiganya yang memasuki usia 40
hari. Selain itu, dia bersikukuh menggelar udik-udikan karena merupakan tradisi.
Baca Juga :Hendak ke Lokasi KKN, Dua Mahasiswa Unri Tewas Kecelakaan Tunggal di Kampar
"Ini acara tasyakuran anak, anak yang ketiga,
untuk nominal hampir Rp 30-35 juta. Ada enam titik (sebar uang), itu disebar
dari atas semua, dari bawah cuma satu," jelas Romdhon.
"Ya, sebelumnya telah diingatkan mereka. Tapi ya
bagaimana juga ini tradisi. Memang tradisi untuk 40 hari potong rambut anak,
udik-udikan," sambungnya.
Dia pun siap bertanggung jawab terkait dampak
acara syukuran keluarganya ini. Termasuk soal pagar kantor kelurahan Jenggot
yang ikut jebol gegara massa.
"Kita sudah membuat pernyataan akan
bertanggungjawab atas segala sesuatu yang nantinya akan terjadi. Saya
bertanggung jawab penuh," pungkas dia.
Tradisi Udik-udikan Timbukan Konflik, Siapa Sebenarnya
Ramdhan?
Tradisiudik-udikanyang
berlangsung sejak lama diPekalongan, Jawa Tengah kini menimbulkan
konflik. Salah satu warga Pekalongan Selatan bernama Ramadhan diduga sengaja
menggelar tradisi udik-udikan di daerah rumahnya di Kelurahan Jenggot,
Pekalongan Selatan.
Baca Juga :Dua Kubu OKP Bentrok di Kuala, Satu Tewas Dibacok
Ia menyebarkan uang sebesar Rp 35
juta rupiah ke warga sekitar, sehingga membuat mereka
berdesak-desakan.Akibatnya, setidaknya ada 4 orang warga sekitar yang
pingsan dalam acara udik-udikan tersebut.
Lalu, siapa sosok Ramadhan ini
sebenarnya?
Ramadhan sendiri diketahui oleh
warga sekitar sebagai salah satu pengusaha atau bos perusahaan kain batik
Pekalongan yang sudah lama berkecimpung di dunia industri batik.
Ramadhan pun sempat mendapat
julukan "Crazy Rich Pekalongan"
karena harta yang dimilikinya begitu banyak.
Kelahiran anak ketiganya pun
membuat Ramadhan beserta keluarganya bersyukur. Sebagai bentuk rasa syukur
tersebut, Ramadhan pun mengungkap dengan warga sekitar bahwa dirinya akan
melaksanakan tradisi udik-udikan dan mengundang warga di sekitar tempat
tinggalnya.
Baca Juga :Bom Mobil Meledak di Suriah, 8 Orang Tewas
Ramadhan pun mengaku dirinya hanya
menyebarkan uang dari bagian atas rumahnya dan dari bawah. Ini dilakukan agar
para warga bisa mendapatkan uang tersebut. Ribuan warga pun berebut mengambil
uang sebaran udik-udikan tersebut.
Ramadhan mengaku bahwa pelaksanaan
tradisi ini sempat dilarang oleh pihak berwajib. Namun dirinya dan pihak
keluarga bersikukuh untuk tetap melaksanakan udik-udikan ini dengan alasan
melestarikan budaya dan tradisi.
"Ya tadinya memang dari pihak
berwajib sudah menyarankan untuk tidak dilaksanakan (udik-udikan). Tapi ya
gimana ini sudah jadi adat. Orang-orang juga sudah menanti semua di luar rumah,
untuk massanya terlalu banyak. Ya udah lah kita laksanakan saja," lanjut
Ramadhan.
Akibat acara udik-udikan ini,
pagar kantor Kelurahan Jenggot menjadi rusak. Kini kasus udik-udikan itu
ditangani oleh Polres Pekalongan, di mana Ramadhan akan segera dipanggil untuk
dimintai keterangan.
Setelah melakukan diskusi dengan pihak kantor Keluruhan Jenggot,
Ramadhan pun berjanji akan mengganti rugi pagar kantor yang rusak.