) mengungkapkan bahwa ratusan keluarga di Padang Pariaman, Sumatera Barat, mengungsi ke
dan balai masyarakat sebagai tempat pengungsian sementara, setelah desa mereka dilanda banjir disertai tanah longsor.
Menurut laporan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, ada sekitar 480 warga atau 160 kepala keluarga yang mengungsi ke sejumlah masjid, balai masyarakat dan lainnya di Padang Pariaman.
Berdasarkan data Pusdalops BNPB, dari 4.411 orang korban banjir dan tanah longsor yang melanda 11 desa di Padang Pariaman pada Jumat (4/10) petang, ratusan keluarga tersebut bergabung.
Meskipun sebagian besar warga memilih menetap di rumah yang terdampak atau menumpang di rumah sanak saudara mereka yang aman dari bencana, 480 warga memilih pengungsian sebagai tindakan pengamanan sementara.
Hujan deras berintensitas tinggi telah mengakibatkan banjir dan tanah longsor, yang membuat dua unit rumah rusak tertimbun, memutus jalan penghubung antardesa Sungai Sariak-Toboh Ketek dan Kecamatan IV Koto Aua Malintang.
Tim BNPB memperkirakan ada 1.615 unit rumah yang terdampak. Beberapa di antaranya masih dalam keadaan terendam dengan ketinggian muka air sekitar 50-100 cm, karena hujan masih turun sampai saat ini.
Desa-desa atau Nagari yang terkena dampak cukup parah, yakni Desa Sungai Sariak (Kecamatan VII Koto), Gasan Gadang (Kecamatan Batang Gasan), Campago (Kecamatan V Koto).
Selanjutnya, Kampuang Galapuang Ulakan, Seulayat Ulakan, Sungai Gimba Ulakan, dan Sandi Ulakan (Kecamatan Ulakan Tapakih), Parik Malintang (Kecamatan Anam Lingkuang), Desa Pauah, dan Kapalo Koto (Kecamatan Nan Sabaris).
Namun, BNPB bersama dengan BPBD di Sumatera Barat dan sejumlah alat berat dari Dinas PUPR dibantu personel TNI/Polri sudah mengambil langkah cepat untuk menangani dampak bencana dan memastikan bahwa kebutuhan pokok para korban terpenuhi. Semoga para korban dapat segera pulih dan merasa terbantu.
.