bulat.co.id - 20 pelajar bertekuk lutut sambil menangis memeluk orangtua, di Aula Mapolsek Sunggal, Minggu (30/10/2022) malam.
Sambil menangis dan memohon ampun, pelajar itu tampak memeluk erat orangtua masing-masing. Mereka tampak menyesal dengan tindakan konyol tersebut.
Namun nasi sudah menjadi bubur, pelajar tersebut untuk sementara harus mendekam dinginnya dinding tahanan Mapolsek Sunggal untuk melalukan proses lebih lanjut.
Pelajar ini merupakan kumpulan yang sempat viral di sosial media melakukan aksi tawuran dan bahkan merampas sepeda motor, di Jalan Gagak Hitam, Jumat (21/10/2022) kemarin.
Dari 23 pelajar yang diamankan, 3 pelajar dipastikan tidak akan ditahan lagi. Pasalnya sudah terbukti tidak mengikuti aksi tawuran tersebut.
Boru Sihotang selaku pelajar yang dipulangkan merasa senang. Ia sampai menangis dan tidak bisa makan untuk memikirkan sang buah hatinya mendekam di Mapolsek Sunggal kemarin.
"Saya sampai tidak bisa makan, tidur pun susah memikirkan anak saya di kantor polisi. Kayak mana nasibnya? makan apak tidak di sana? Itu yang saya pikirkan," ucapnya
Mendengar anaknya tak terlibat, ia pun merasa senang dan lega mendapat pernyataan pihak kepolisian tersebut. Kedepan, ia akan lebih tegas lagi untuk menjaga anaknya.
"Semoga ini menjadi pembelajaran untuk kedepannya tidak berbuat hal yang serupa," ucapnya
Sementara itu N (15) pelajar yang tidak kedatangan orangtuanya. Ia menangis melihat teman-temannya memeluk erat orangtua masing-masing. Dia pun terpaku di sudut tembok melihat keeratan anak dan orangtua tersebut.
"Di telepon belum diangkat tadi, sedih ngak ada orang tua di sini. Saya benar-benar tobat ikut-ikut konvoi ini," ucapnya.
Dihadapan orangtua, Kapolsek Kompol Chandra Yudha Pranata mengatakan apa yang terjadi saat ini adalah musibah. Ia katakan, ini merupakan evaluasi untuk semuanya.
"Semoga bapak-ibu diberikan kekuatan, kesabaran dan ketabahan. Semoga ini tak terulang lagi," ucapnya.
Kata Yudha, langkah yang tepat untuk memutus tindakan yang ugal-ugalan ini adalah tidak memberikan sepeda motor kepada anak.
"Karena hampir semua tidak memiliki SIM. Selain itu, untuk memutus perbuatan ini, jangan berikan sepeda motor. Inilah bentuk nyata sayang kita sama anak," ucapnya.
Sambungnya, anak kalau bersekolah bisa naik angkutan umum maupun diantar oleh orang tua dan lainnya. Hal ini bisa menekan tindakan tawuran antar pelajar.
"Jadi, mereka tidak bisa berkendara konvoi dan langsung pulang sekolah," ucapnya.
Untuk itu, Yudha meminta izin kepada orangtua pihaknya akan berkordinasi dengan Satreskrim Polrestabes Medan untuk menindak lanjuti langkah yang harus dilalukan.
"Kami juga mengucapkan terimkasih kepada pengunggah video. Selain itu, kami berpesan kepada pelajar lain hentikan kegiatan yang tak bermanfaat ini," pungkasnya.
Kedepan, ia bilang pihaknya akan bertemu dengan kepala sekolah maupun jajaran di wilayah Sunggal. Agar kejadian serupa kedepannya tak terulang kembali.
"Ini bentuk preventif kita supaya pelajar ini benar-benar sekolah. Bukan terlibat tawuran kembali," tutupnya.
(Ban)