Beberapa masalah lain di NTT yang diangkat Yoris dalam forum PBB diantaranya, Badai Siklon Seroja sebagai bencana iklim, kondisi para penyintas bencana serta respon Yayasan Plan Internasional Indonesia dan NGO lainnya dalam mendukung kehidupan rumah tangga para penyintas.
"Tantangannya yakni sumber penghidupan dan keterbatasan penyediaan nutrisi dan peningkatan serta transparansi pendanaan (dari lembaga donor), carry over program dari NGO oleh pemerintah," kata Yoris yang dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (18/9/2022) malam.
Dalam forum Transforming Education Summit yang merupakan bagian dari Agenda Sidang Umum PBB ke-77 di New York pada 15-22 September 2022, pemuda 21 tahun ini juga menyuarakan peluang dan tantangan pendanaan global bencana alam di Indonesia, khususnya di Lembata NTT.
Forum itu melibatkan beberapa panelis yang terdiri dari lembaga donor kemanusiaan dunia termasuk United Nations World Food Programe (Lembaga Pangan PBB) dan Dubai Cares, sejumlah Menteri Pendidikan, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan, NGO yang bergerak dalam bidang pendidikan dan krisis humaniter, dan perwakilan kaula muda.
Untuk diketahui, pemilik nama lengkap Gregorius Yosep Laba ini sebelumnya merupakan satu dari empat orang yang terpilih dalam program Youth for Education in Emergencies Global Youth Panel (Youth4EiE GYP).
Program ini merupakan pilot project kerja sama Plan International Inggris dan Plan International di 8 negara pilot project dengan dukungan dari Education Cannot Wait (EWC) yang merupakan lembaga donor pendidikan darurat terbesar di dunia.
Yoris merupakan satu-satunya perwakilan dari Indonesia yang diutus untuk berbicara di forum internasional tersebut.
Untuk diketahui, program Youth for Education in Emergencies Global Youth Panel (Youth4EiE GYP) bertujuan untuk memperkuat advokasi yang dipimpin kaum muda di tingkat regional, nasional, dan global.
Program ini berjalan secara berkesinambungan terutama pada peningkatan pendanaan global (global founding) untuk pendidikan dalam situasi darurat dan peningkatan kesadaran untuk memecahkan hambatan pendidikan dalam situasi darurat terutama untuk anak perempuan, laki-laki, dan remaja.
Hal yang menjadi urgensi pendidikan darurat adalah keberadaan 128 juta anak dan anak muda di dunia dalam situasi darurat (bencana alam, bencana perang, dan pandemi COVID-19) sementara total pendanaan untuk pendidikan darurat hanya 3 persen dari total pendanaan global. (ted)