Penemuan Kuburan Massal Terbesar di Eropa yang Berisi Ratusan Mayat

Hendra Mulya - Selasa, 19 Maret 2024 13:00 WIB
Penemuan Kuburan Massal Terbesar di Eropa yang Berisi Ratusan Mayat
Istimewa
bulat.co.id - MEDAN | Para arkeolog menemukan kuburan massal korban wabah terbesar di Eropa di kota Nuremberg, Jerman.

Kuburan tersebut ditemukan secara tak sengaja saat ada pembangunan rumah jompo di kawasan tersebut.

Hingga saat ini penggalian kuburan tersebut masih berlangsung. Tim arkeolog telah menemukan lebih dari 500 tengkorak yang sudah berusia berabad-abad, juga memperkirakan masih ada 1.500 jasad lainnya yang terkubur di dalamnya.

Berapa usia pasti dari mayat-mayat tersebut belum diketahui, tapi menurut perkiraan delapan lubang kuburan dibuat sekitar abad ke-17. Beberapa tulang tampak berwarna hijau karena selama beberapa waktu situs tersebut digunakan untuk membuang limbah dari pabrik tembaga di dekatnya.

"Kami akan mengamankan dan mengarsipkan semua sisa-sisa manusia yang ditemukan di area konstruksi di masa depan," kata arkeolog dari Departemen Konservasi Warisan Nuremberg Melanie Langbein dan kepala antropolog Florian Melzer, dikutip dari Science Alert.

"Saat ini kami berasumsi bahwa setelah pekerjaan selesai pada musim semi, ini akan menjadi kuburan darurat terbesar bagi korban wabah yang digali di Eropa," lanjutnya.

Mayat-mayat yang terkubur tersebut diduga merupakan korban bubonic plague atau wabah pes. Wabah ini telah dikaitkan dengan banyak pandemi paling dahsyat dalam sejarah, terutama peristiwa Black Death pada abad ke-14 dan wabah Justinian yang dimulai abad ke-6.

Namun infeksi yang sangat menular dan ditularkan melalui kutu ini sering kali muncul kembali dalam wabah yang lebih kecil selama berabad-abad. Setelah peristiwa Black Death di Eropa, epidemi lokal muncul kembali selama sekitar 400 tahun dan melanda kota-kota yang ada di sana, salah satunya kota Nuremberg. Kota tersebut bahkan memiliki pemakaman khusus wabah yang terkenal dengan nama St Rochus.

Namun, apa yang ditemukan oleh arkeolog dari In Terra Veritas bukan lah kuburan biasa. Kata peneliti, tulang-tulang yang 'diam' itu seakan bercerita tentang sesuatu yang jauh lebih menyedihkan dan menghancurkan.

"Orang-orang itu tidak dikebumikan di pemakaman biasa meskipun kami telah menetapkan kuburan wabah di Nuremberg," kata Langbein kepada Jack Guy di CNN. "Ini berarti sejumlah besar orang meninggal yang perlu dikuburkan dalam jangka waktu singkat tanpa memperhatikan praktik penguburan agama Kristen," lanjutnya.

Di sisi lain, tim arkeolog tak menemukan jejak wabah pes pada tulang manusia yang ditemukan pada kuburan tersebut, sehingga perlu lebih banyak penelitian untuk memastikan diagnosisnya. Analisis DNA pada tulang tersebut diharapkan dapat mengonfirmasi jejak bakteri wabah Yersinia pestis ini. Namun beberapa penelitian menunjukkan wabah adalah penjelasan yang paling mungkin menjadi penyebab kematian orang-orang yang dimakamkan secara massal di Nuremberg.

Penanggalan radiokarbon pada sisa-sisa tengkorak di salah satu kuburan menunjukkan bahwa makam itu berasal dari akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-17. Sementara koin dan potongan tembikar yang ditemukan di dalam kuburan menunjukkan bahwa itu berasal dari awal abad ke-20.

Arkeolog juga menemukan catatan bertanggal 1634 yang menggambarkan wabah pes yang terjadi pada 1632 dan 1633 di Nuremberg telah menewaskan sekitar 15.000 orang. Sekitar 2.000 orang di antaranya dikubur di lokasi penggalian saat ini.

Sampai saat ini peneliti berencana akan menggali semua kuburan dan memindahkan tulang-tulang tersebut agar mereka bisa mempelajarinya untuk mendapatkan gambaran unik tentang sejarah Nuremberg.

"Penemuan ini sangat penting. Kuburan berisi anak-anak dan orang tua, laki-laki dan perempuan menandakan bahwa wabah tidak melihat jenis kelamin, usia atau status sosial." Marcus Konig, Walikota Nuremberg.

"Sekarang, untuk pertama kalinya, analisis yang dapat digunakan secara empiris terhadap kelompok populasi besar pada periode ini dapat dilakukan untuk kota yang sangat penting bagi Nuremberg. Tentu saja temuan penting secara historis dan arkeologis ini harus ditangani dengan tepat," pungkasnya.

Penulis
: Redaksi
Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru