Menlu AS Sebut Warga Palestina Harus Tinggal di Gaza dan Tak Boleh di Bawah Tekanan

Hendra Mulya - Senin, 08 Januari 2024 07:58 WIB
Menlu AS Sebut Warga Palestina Harus Tinggal di Gaza dan Tak Boleh di Bawah Tekanan
bulat.co.id -GAZA | Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan warga Palestina tidak boleh berada di bawah tekanan untuk meninggalkan Gaza, dan harus diizinkan kembali ke rumah mereka jika kondisinya memungkinkan.

Blinken mengutuk pernyataan beberapa menteri Israel yang menyerukan pemukiman kembali warga Palestina di luar Gaza.

Hal ini disampaikannya saat pengepungan di Gaza memasuki bulan keempat.

"Warga sipil Palestina harus bisa kembali ke rumah mereka sesegera mungkin jika kondisinya memungkinkan," terangnya.

"Mereka tidak bisa, mereka tidak boleh dipaksa meninggalkan Gaza," lanjutnya.

Kunjungan Blinken dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut, dan kekhawatiran bahwa perang di Gaza dapat meluas.

Dalam kesempatan itu, Blinken juga menyoroti kematina wakil pemimpin Hamas Saleh al-Arouri yang dibunuh dalam dugaan serangan Israel di Beirut selatan pada Selasa (2/1/2024) bersama dengan enam orang lainnya. Yakni dua komandan militer Hamas dan empat anggota lainnya.

"Ini adalah momen ketegangan yang mendalam di kawasan ini. Ini adalah konflik yang dapat dengan mudah menyebar, menyebabkan lebih banyak ketidakamanan dan penderitaan," ujarnya.

Blinken juga mengatakan bahwa kematian jurnalis Hamza al-Dahdouh, putra tertua kepala biro Al Jazeera di Gaza yang tewas dalam serangan Israel di Gaza selatan, adalah "tragedi yang tak terbayangkan".

Dia menambahkan bahwa terlalu banyak pria, wanita dan anak-anak Palestina yang tidak bersalah yang tewas dalam perang tersebut.

Blinken diketahui tiba di Qatar setelah singgah di Yordania, Turki dan Yunani. Dia berangkat ke Abu Dhabi pada Minggu (7/1/2024) malam, dan pada Senin (8/1/2024) dijadwalkan melakukan perjalanan ke Arab Saudi.

Seperti diketahui, lebih dari 22.000 orang – sebagian besar perempuan dan anak-anak – telah terbunuh di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas. Mereka telah melaporkan sedikitnya 113 kematian selama 24 jam pemboman Israel.

Perang terbaru ini dipicu oleh serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kelompok bersenjata Hamas di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan 1.200 orang – sebagian besar warga sipil – dan sekitar 240 lainnya disandera.

Menteri Keuangan Israel yang berhaluan sayap kanan, Bezalel Smotrich, menyerukan agar warga Palestina meninggalkan Gaza dan memberi jalan bagi warga Israel yang bisa "membuat gurun berkembang".

Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir minggu ini mengeluarkan seruan untuk mendorong migrasi penduduk Gaza sebagai solusi terhadap krisis tersebut.

Pernyataan resmi dari pemerintah Israel adalah bahwa warga Gaza pada akhirnya akan dapat kembali ke rumah mereka, meskipun belum ada penjelasan bagaimana atau kapan hal ini dapat dilakukan.

Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, gerakan kuat yang didukung Iran di Lebanon, menggambarkan pembunuhan Arouri sebagai "agresi Israel yang mencolok" yang tidak akan dibiarkan begitu saja.

Hizbullah kemudian menembakkan roket ke Israel pada Sabtu (6/1/2024) sebagai "tanggapan awal" terhadap pembunuhan Arouri.

PM Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al -Thani mengatakan bahwa pembunuhan Arouri telah mempengaruhi "proses yang rumit".

Penulis
: Redaksi
Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru