bulat.co.id -
Jepang berencana mempercepat kebangkitan industri nuklir mereka kembali. Hal itu mereka lakukan demi mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil impor.
Langkah itu juga dilakukan di tengah ancaman krisis energi terparah di Negeri Sakura tersebut dalam beberapa dasawarsa terakhir.
Kini pengawas keselamatan nuklir nasional
Jepang sudah menyetujui keinginan pemerintah menghidupkan lagi pembangkit nuklir. Meskipun demikian, wacana ini bakal mendapat tentangan dari warga. Terutama, dari orang-orang yang tinggal di sekitar pembangkit.
Baca Juga:Pakar UGM Sebut Semeru Tak Ada Hubungannya Dengan Tsunami di Jepang
Keberhasilan membangkitkan lagi energi nuklir bergantung Otoritas Regulasi
Nuklir (NRA) independen Jepang, yang harus memberi lampu hijau atas rencana pemerintah.
"Ini akan menjadi tantangan untuk menghidupkan kembali reaktor yang ada, karena beberapa telah dihentikan cukup lama," kata konsultan energi Mathyos Advisory Tom O'Sullivan seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (23/12/2022)
Menurutnya, pembahasan nuklir di
NRA tengah sensitif setelah kerusakan pembangkit nuklir Zaporizhzhia, Ukraina, akibat perang melawan Rusia.
"Mengingat apa yang terjadi dengan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina, saya pikir
NRA saat ini mungkin lebih sensitif terhadap potensi serangan teroris," ungkapnya.
Seluruh reaktor nuklir
Jepang ditutup usai bencana nuklir Fukushima 2011 lalu untuk pemeriksaan keselamatan. Kini, ada 33 reaktor yang dinilai bisa dioperasikan lagi.
Pada pertengahan Desember, 9 reaktor sudah dioperasikan dan menghasilkan listrik. Pasokan ini mengatasi kekurangan energi dan menutupi sekitar 10 persen konsumsi listrik selama musim dingin. Perdana Menteri Fumio Kishida ingin membangkitkan 7 reaktor lainnya untuk beroperasi di musim panas tahun depan.
Selain itu,
Jepang sedang membahas perpanjangan masa pakai reaktor eksisting melebihi batas usia pakai 60 tahun, jika keamanannya terjamin.
Sebelum bencana Fukushima, nyaris sepertiga listrik
Jepang berasal dari energi nuklir. Namun, per Maret 202 pasokan listriki nuklir hanya 7 persen.
Fumio menargetkan konstribusi energi nuklir naik 20-22 persen pada 2030. Target ini bagian dari tujuan mencapai netral karbon di 2050.