bulat.co.id -
SUDAN | Lebih dari
50 orang, termasuk pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
tewas dalam serangan di wilayah yang disengketakan antara
Sudan Selatan dan
Sudan.Ini adalah insiden paling mematikan dalam serangkaian
bentrokan selama tiga tahun di wilayah Abyei yang kaya minyak.
Pihak berwenang setempat mengatakan dua kelompok bersenjata menyerbu Abyei pada Sabtu (27/1/24).
PBB mengatakan sehari setelahnya, pasukan penjaga perdamaian mendapat kecaman ketika mengangkut warga sipil yang terkena dampak ke rumah sakit.
Sudan Selatan dan
Sudan bersama-sama mengelola Abyei, dan keduanya mengklaim kepemilikan wilayah tersebut dalam perselisihan yang belum terselesaikan sejak
Selatan merdeka pada 2011.
Pertempuran pada akhir pekan ini dilaporkan terkait dengan konflik pertanahan antara faksi-faksi yang bersaing dalam kelompok etnis Dinka yakni Ngok dan Twic, masing-masing dari negara bagian Abyei dan Warrap,
Sudan Selatan.
Menurut pernyataan pihak berwenang di Daerah Administratif Khusus Abyei, sekelompok pemberontak bergabung dengan pemuda bersenjata dari faksi Twic dan melakukan serangkaian serangan terkoordinasi yang biadab yang dimulai pada Sabtu (27/1/24) pagi.
Empat puluh dua
orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak,
tewas pada hari pertama serangan.
Pasukan Keamanan Sementara PBB untuk Abyei (Unisfa), dalam sebuah pernyataan mengatakan korban jiwa pada Sabtu (27/1/2024) termasuk se
orang penjaga perdamaian asal Ghana. Unisfa pun menyerukan penyelidikan "cepat" terhadap kekerasan tersebut.
Unifsa juga mengatakan bahwa pada Minggu (28/1/2024), pasukan penjaga perdamaian lainnya mendapat serangan saat mengangkut warga sipil yang terkena dampak dari pangkalan Unifsa ke rumah sakit.
Se
orang penjaga perdamaian Pakistan
tewas, dan empat personel berseragam dan satu warga sipil setempat menderita luka-luka.
Pernyataan Unifsa, yang dirilis pada Senin (29/1/2024), menambahkan jika saat ini, menurut otoritas setempat, 52 warga sipil telah kehilangan nyawa, sementara 64 lainnya dikatakan terluka parah.
Menurut kantor berita AFP Rou Manyiel Rou, sekretaris jenderal Daerah Administratif Khusus Abyei, mengatakan pada Sabtu (27/1/2024) bahwa kekerasan tersebut terkait dengan konflik antara komunitas Ngok dan Twic (Dinka) yang telah berlangsung lama.
Inggris, Norwegia dan Amerika Serikat, trio internasional yang mensponsori kemerdekaan
Sudan Selatan, mengatakan pada Senin (29/1/2024) bahwa mereka sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan dalam beberapa bulan terakhir antara komunitas yang tinggal di dalam dan sekitar Abyei.
"Semua pemimpin yang memiliki pengaruh terhadap komunitas yang terlibat dan gagal memanfaatkannya untuk mendukung perdamaian menunjukkan ketidakpedulian mereka terhadap kepentingan rakyatnya," kata pernyataan bersama tersebut, menurut AFP.
Serangan mematikan yang terjadi pada akhir pekan ini menyusul
bentrokan pada November tahun lalu yang menewaskan 32
orang, termasuk se
orang penjaga perdamaian PBB.