bulat.co.id -Sebuah riset terbaru di Inggris menyebut COVID-19 pada ibu hamil dapat memicu pendarahan otak pada janin. Ditemukannya, infeksi virus Corona dapat mempengaruhi jaringan otak bayi dalam kandungan.
Ilmuwan mempelajari 661 sampel jaringan janin manusia yang dikumpulkan pada periode Juli 2020 dan April 2022. Hasilnya, 26 sampel yang positif COVID-19 mengalami perdarahan otak. Seluruh sampel berasal dari kehamilan yang dihentikan secara elektif.
Baca Juga: Wanita Usia 25 Tahun Sudah Menopause, Kok Bisa?
"Walaupun pendarahan kadang-kadang terjadi pada otak yang sedang berkembang, sangat tidak biasa terjadi sebanyak ini dalam periode 21 bulan," kata ahli saraf King's College London Inggris Katie Long dikutip dari detikHealth, Minggu (23/1/2023).
"Sekarang yang paling penting adalah kami menindaklanjuti anak-anak yang terpapar COVID-19 sebelum lahir sehingga kami dapat menentukan apakah ada efek perkembangan saraf yang bertahan lama," lanjut Long.
Para peneliti menyoroti tanda-tanda penurunan integritas pembuluh darah dan peningkatan sel kekebalan yang menyusup ke otak terkait dengan kerusakan jaringan. Hal tersebut mungkin merupakan akibat langsung dari infeksi COVID-19 atau akibat tidak langsung dari respons kekebalan ibu.
Meskipun virus corona hanya terkonfirmasi di jaringan janin, dapat diasumsikan bahwa infeksi tersebut ditularkan ibu yang positif COVID-19. Masih belum jelas apakah perdarahan otak disebabkan oleh COVID-19 atau ada infeksi lain di dalam janin. Namun, kaitan tersebut cukup kuat untuk menjadi perhatian para peneliti.
Terlebih, sebagian besar sampel dengan tanda-tanda perdarahan berasal dari akhir trimester pertama dan awal trimester kedua kehamilan. Ini menunjukkan bahwa otak janin dapat terpengaruh pada tahap awal perkembangannya.
Trimester pertama merupakan masa kritis bagi bayi. Sebab, pada periode itu otak bayi mulai berkembang dan menciptakan penghalang untuk melindungi otak.
"Kita tahu bahwa infeksi virus yang parah dapat mempengaruhi otak janin, tetapi studi penting ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa ini mungkin terjadi pada kehamilan yang terkena infeksi COVID," kata ahli fisiologi King's College London Lucilla Poston.
"Apapun penyebabnya, efek langsung dari virus atau konsekuensi tidak langsung dari infeksi ibu, penelitian ini menyoroti perlunya ibu hamil divaksinasi COVID-19, sehingga menghindari komplikasi bagi ibu dan bayi," beber Poston.
Jejak COVID-19 juga terdeteksi pada sampel jaringan yang diambil dari plasenta, amnion (air ketuban), dan tali pusar. Sampel tersebut menunjukkan bahwa ada potensi komplikasi lebih lanjut yang disebabkan oleh adanya COVID-19.
Infeksi virus pada ibu secara teratur dikaitkan dengan kerusakan saraf pada anak-anak. Salah satunya adalah virus Zika yang menunjukkan efek signifikan pada janin dalam beberapa tahun ini.
Para ilmuwan sudah mempelajari hubungan antara janin dan COVID-19, namun data tentang topik tersebut relatif sedikit. Oleh sebab itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut terkait hal ini.
"Temuan kami menunjukkan bahwa ada hubungan antara perkembangan awal jaringan otak janin manusia dan kerentanan terhadap infeksi COVID-19," kata ahli saraf King's College London Marco Massimo.