bulat.co.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka opsi impor beras 500
ribu ton lagi. Hal ini diungkap oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli
Hasan.
Zulkifli mengatakan opsi impor beras tersebut sudah
disepakati dalam rapat yang dipimpin Jokowi. Namun, ia mengaku belum tahu kapan
impor tersebut dilakukan.
Baca Juga: Harga Gabah Kering di Tingkat Petani Pemalang Masih Belum Sesuai Harapan
"Kemarin dipimpin Bapak Presiden (Jokowi) kita sudah
memutuskan kapan pun diperlukan kita bisa masuk lagi (beras) 500 ribu
ton," kata Zulkifli dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Rabu (15/3/2023),
dilansir dari CNN Indonesia.
Impor beras sebetulnya sudah pernah dilakukan pada Desember
2022 lalu. Kemendag memberi izin kepada Perum Bulog untuk mengimpor 500 ribu
ton beras sebagai Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Seluruh beras itu pun kini
sudah masuk ke Indonesia.
Meski begitu, Zulkifli menyebut beras masih mahal. Padahal,
data selama ini menunjukkan produksi beras dalam negeri surplus.
"Beras ini belum berhasil kita turunkan sampai hari ini
bahkan cenderung bisa naik dan naiknya enggak sedikit, sudah lebih dari
Rp1.000, walaupun data katanya kita surplusnya banyak," tuturnya.
Oleh karena itu, ia mengaku khawatir dengan harga bahan
pokok menjelang Ramadan. Pasalnya beberapa harga bahan pokok masih tinggi,
terutama beras.
Di lain sisi, Jokowi menegaskan bakal mencari biang kerok
harga beras mahal. Ia menuturkan penting untuk menjaga keseimbangan harga,
terlebih saat ini sudah masuk masa panen raya.
"Kan kita lihat masih panen raya. Logikanya panen raya
suplainya banyak, mestinya harga turun. Nah, ini kok ndak. Ini yang baru kita
cari. Ini yang senang petaninya senang, tetapi konsumennya pasti akan
berteriak. Saya kira keseimbangan itu yang ingin kita jaga," kata Jokowi
di Istora Senayan, Jakarta Pusat.
Ia menegaskan sulit untuk menyeimbangkan harga gabah di
tingkat petani. Pada akhirnya, harga beras di tingkat pedagang dan konsumen
masih belum baik dan wajar.
"Kalau mau menurunkan harga beras sangat mudah sekali,
impor sebanyak-banyaknya menuju ke pasar, pasti harga turun. Tapi yang kita
lakukan sekarang menjaga keseimbangan. Kalau dilihat memang supply-nya kurang,
menyebabkan harga tinggi," tandas Jokowi.