bulat.co.id -MEDAN I Angka inflasi konsumen di Amerika Serikat melebihi ekspektasi pasar, memicu kekhawatiran baru akan kenaikan suku bunga.
Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi inti AS pada bulan Juni mencapai 2,6%, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Hal ini membuat investor semakin ragu terhadap prospek penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).
Dolar Amerika Serikat(AS) pun menguat akibat data inflasi yang mengejutkan ini, menekan mata uang lainnya termasuk rupiah.
Rupiah dibuka melemah pada perdagangan awal pekan, namun berhasil sedikit menguat.
Meskipun demikian, tekanan terhadap rupiah diperkirakan akan berlanjut seiring dengan ketidakpastian pasar.
Investor kini bersiap-siap menghadapi pekan yang penuh gejolak. Sejumlah data ekonomi penting akan dirilis, termasuk keputusan kebijakan moneter The Fed pada hari Kamis.
Jika The Fed memberikan sinyal hawkish, yakni mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga, maka pasar keuangan global berpotensi mengalami koreksi yang signifikan.
Ekspektasi penurunan suku bunga yang sebelumnya menghiasi pasar kini memudar.
Data inflasi yang tinggi menunjukkan bahwa ekonomi Amerika Serikat masih cukup kuat, sehingga memberikan ruang bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.
Kondisi ini membuat para pelaku pasar semakin berhati-hati. Banyak yang memilih untuk mengambil sikap wait and see, menunggu kejelasan mengenai arah kebijakan moneter The Fed.
Sementara itu, harga emas bergerak menguat sebagai aset safe-haven di tengah ketidakpastian pasar.
Data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan telah mengguncang pasar keuangan global.
Investor kini menghadapi ketidakpastian yang tinggi, menunggu keputusan The Fed yang akan sangat menentukan arah pergerakan pasar ke depan.
Demikian pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin dalam keterangannya.