Arab Saudi dan Rusia Pangkas Produksi Minyak, Ini Penyebabnya

Hendra Mulya - Rabu, 05 Juli 2023 09:32 WIB
Arab Saudi dan Rusia Pangkas Produksi Minyak, Ini Penyebabnya
internet
ilustrasi
bulat.co.id -TEXAS | Arab Saudi dan Rusia pangkas produksi minyak. Hal ini disebabkan harga minyak yang sampai saat ini terus bertahan stabil pada penutupan Selasa (4/7/23) atau Rabu pagi di Asia (5/7/23).

Pasar mempertimbangkan masalah pasokan akibat pemangkasan produksi oleh Saudi Arabia dan Rusia untuk bulan Agustus, dengan data ekonomi yang menunjukkan permintaan minyak yang lemah.

Baca Juga :Tak Bisa Beri Makan Keluarga, Seorang Ayah Buat Laporan Polisi

Kontrak berjangka minyak Brent naik 22 sen atau 0,3% menjadi $74,87 per barel pada pukul 00.33 GMT. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) berada di $70,06, naik 27 sen atau 0,3%.

Pasar AS ditutup pada hari Selasa ini dalam rangka perayaan Hari Kemerdekaan. Harga minyak pada sesi sebelumnya telah turun sekitar 1%.

Saudi Arabia pada hari Senin mengumumkan akan memperpanjang pemangkasan sukarela produksinya sebesar 1 juta barel per hari (bph) hingga Agustus, seperti yang dilaporkan oleh kantor berita resmi kerajaan. "Rusia juga akan mengurangi ekspor minyaknya sebesar 500.000 bph pada bulan Agustus," kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

Baca Juga :Dukung Ketahanan Pangan, PemDes Perkebunan Bungara Galakan Ternak Lele

Pemangkasan ini setara dengan 1,5% dari pasokan global dan total pemangkasan yang dijanjikan oleh produsen minyak OPEC+ mencapai 5,16 juta bph, karena Riyadh dan Moskow berusaha untuk mendukung harga minyak. OPEC+ terdiri dari anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya.

Diperkirakan stok minyak mentah AS akan turun sekitar 1,8 juta barel dalam minggu hingga 30 Juni, yang merupakan minggu ketiga berturut-turut terjadi penurunan. Data industri tentang stok akan diterbitkan pada hari Rabu dan data resmi pada hari Kamis, keduanya ditunda satu hari karena hari libur di AS.

Namun, pasar masih khawatir tentang permintaan minyak setelah survei bisnis menunjukkan penurunan aktivitas pabrik global akibat permintaan yang lesu di Tiongkok dan Eropa.

Baca Juga :Israel Serang Tepi Barat Palestina, 9 Warga Dilaporkan Tewas

Manufaktur AS juga mengalami penurunan lebih lanjut pada bulan Juni, mencapai level terendah yang terakhir terlihat pada gelombang awal pandemi Covid-19.

SurveiReuterspekan lalu memperkirakan harga minyak akan mengalami kesulitan untuk bergerak naik tahun ini karena adanya tantangan ekonomi global yang menghalangi kenaikan harga akibat pemulihan di Tiongkok atau pemangkasan OPEC+. (HM/bsc).

Penulis
: Andy Liany
Editor
: Hendra Mulya
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru