bulat.co.id -
DELI SERDANG | Sekitar 127 orang Tenaga Kerja Indonesia (
TKI) di
Malaysia terdampar di Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten
Deli Serdang.Saat berlayar, mereka diketahui menumpang dua perahu kayu nelayan tradisional. Dari data yang diperoleh, 127
TKI ini terdiri dari 88 orang pria, 39 wanita dan 3 balita.
Usai
terdampar, para
TKI ini dikumpulkan di Aula Kantor Camat Pantailabu dan dilakukan pendataan oleh pihak Imigrasi, Polsek Pantailabu, pihak Kecamatan Pantai labu dan Koramil Beringin.
Dari pendataan oleh pihak imigrasi diketahui kalau para
TKI non prosedural ini berangkat dari sejumlah daerah di
Malaysia dengan dua unit kapal, sekitar Senin (8/1/24) sekitar pukul 03.00 wib kemarin dan sudah dua hari berputar putar ditengah laut. Hingga pada akhirnya para
TKI mendarat ke tepi pantai Labu dengan menumpang sampan nelayan.
Para
TKI berasal dari sejumlah daerah di Indonesia diantaranya Tanjung Balai, Aceh, Medan,
Deliserdang, Padang, Palembang, Jambi, Bengkulu, Banten, Simalungun, solo Jawa tengah, Tangerang, Lombok dan daerah lainnya. Para
TKI juga sebagian mengaku sudah ada yang enam tahun bekerja di
Malaysia.
Mayoritas dari para
TKI mengaku berangkat ke
Malaysia melalui agen tenaga kerja bernama Raja Laut. Untuk pekerjaan mereka selama di
Malaysia diantaranya pekerja restauran, pabrik, pembantu rumah tangga dan lainnya.
Bustami, warga Aceh mengatakan ia berangkat ke
Malaysia dua tahun lalu melalui agen
TKI Raja Laut dan ia menggunakan paspor pelancong. Setelah dua tahun bekerja di slangor
Malaysia, dirinya hendak pulang ke kampung halaman, namun lantaran biaya resmi begitu besar, akhirnya mereka menumpang kapal secara sembunyi.
"Kita pulang naik sampan dari
Malaysia naik kapal secara sembunyi-sembunyi, karena kalau pulang secara prosedural resmi mahal bisa sampai 6-7 jutaan ongkosnya. Makanya kami naik sampan," ucap Bustami
Sementara itu menurut Samin, warga Serang Banten mengaku sudah empat tahun bekerja di Slangor
Malaysia sebagai teknisi mesin pembuat jajanan di salah satu kilang (pabrik).
"Berangkat hari Senin jam 3 pagi, kami dua kapal berangkat tapi operator kapal yang bawa kami nampaknya hanya mengantar sampai dekat pulau saja, alasannya kapal kandas. Jadi kami turun basah-basah," katanya.
"Kami sengaja pulang naik kapal kayu karena ongkos lebih murah, kalau pulang naik pesawat melalui resmi biaya sangat mahal mencapai Rp 7-8 jutaan, kalau naik kapal kayu melalui agen agen jauh lebih murah, lagi pula resiko ditahan Polisi
Malaysia juga kecil. Ada yang urus tapi sayangnya kapal yang kami tumpangi tadi kandas hingga kami terpaksa naik sampan nelayan kepinggir pantai," ungkap Sarmin.
Sarmin mengungkapkan, kalau mereka pulang ke Indonesia bukan diusir tapi keinginan sendiri lantaran rindu kampung halaman.
"Tidak takut, dulu ke
Malaysia juga masuknya naik sampan juga melalui agen, pakai paspor pelancong saya. Tapi ada juga tadi yang tidak punya paspor," ucapnya.
Iskandar, pihak Imigrasi Kantor Gatot Subroto Medan bersama sejumlah pegawai Imigrasi yang tiba di Kantor Camat Pantailabu langsung melakukan pendataan pada para
TKI dan menanyai satu persatu identitas
TKI serta biro biro agen yang mengirim mereka ke
Malaysia.
Dari temuan, mayoritas
TKI Non Prosedural itu dari Agen Raja Laut dan setelah didata, para
TKI ini akan pulang dengan cara mandiri.
"Kami hanya melakukan pendataan pada para
TKI Non prosedural ini selanjutnya mereka akan pulang masing masing ke daerah asal dengan mandiri," sebut Iskandar.