bulat.co.id -Kader Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Labuhanbatu Selatan (Labusel) meragukan hasil konfrensi Gerakan Pemuda Ansor yang dilaksanakan pada Minggu (27/11/2022) kemarin.
Menurut salah satu kader, Irwan Tanjung, adanya keraguan para kader karena menilai proses berjalannya konfrensi tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan peraturan organisasi, peserta dalam konfrensi adalah anggota pimpinan anak cabang yang di beri mandat.
"Kemudian, dapat menjadi pimpinan sidang apabila diminta oleh peserta forum dan dipilih dari peserta, maka pimpinan wilayah menjadi pimpinan sidang sementara. Jika sudah kesepakatan forum, pimpinan wilayah dapat melanjutkan memimpin sidang sampai selesai. Oleh karena itu, peserta forum hanya para pengurus. Keberadaan Banser hanya sesuai kesepakatan forum," kata Irwan Tanjung, Selasa (29/11/2022).
Irwan melanjutkan, dalam proses sidang ada 4 pleno yang harus di lewati dalam forum konferensi, termasuk pleno pengesahan tata tertib dan komisi-komisi.
"Komisi ini di bagi menjadi tiga. Masing-masing komisi akan mempresentasikan hasil dan paripurna, ini sesuai dengan peraturan organisasi Ansor. Jadi, idealnya konferensi itu tidak bisa selesai 2-3 jam saja, apalagi hanya beberapa menit. Itu sebabnya kami meragukan hasil konfrensi. Ini bukan hanya soal siapa jadi ketua," lanjutnya.
Baca Juga:IPNU Labusel: Jangan Sampai Ricuh">PC IPNU Labusel: Jangan Sampai Ricuh
Roni kader Ansor lainnya mengatakan, seharusnya prosedur organisasi dijalankan sesuai PD/PRT dan peraturan organisasi Ansor.
"Peraturan bukan untuk diabaikan hanya karena kepentingan siapa yang akan menjadi ketua cabang. Kita mengerti,
Labusel ini tempat sahabat Hasan Basri Sagala (kasatkornas) dilahirkan, tetapi tidak harus panik karena ini sudah SK ketiga penunjukan dan akan berakhir tanggal 1 Desember. Sekali lagi, kami menolak hasil konferensi abal-abal ini. para kader sedang mengkaji dan mempertimbangkan untuk melakukan gugatan kepada Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Pusat.," kata Roni.