Astuty, Menjahit Sejak SMP Kini Menjadi Konsultan Kriya di PLUT Labuan Bajo

Teguh Adi Putra - Rabu, 26 Maret 2025 07:19 WIB
Astuty, Menjahit Sejak SMP Kini Menjadi Konsultan Kriya di PLUT Labuan Bajo
Anastasia Widiastuty [ketiga dari depan] tengah memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM dari desa Ngancar di PLUT Labuan Bajo.
bulat.co.id, Labuan Bajo -Anastasia Widiastuty konsultan Kriya di Pusat Pelatihan Usaha Terpadu [PLUT] Labuan Bajo Manggarai Barat mulai menaruk ketertarikanya pada dunia menjahit sejak dirinya duduk di bangku SMP.

Astuty memang punya keahlian dalam menjahit. Dan keahlian itu turun dari gen mamanya yang juga ahli dalam menjahit.

Bahkan, ia tak tertarik pada pakaian pria karena merasa lebih gampang. Sejak menggeluti perkerjaan menjahit, Astuty bahkan tak pernah menjahit pakaian pria.

Keahliannya dalam menjahit ia titi dari bangku SMP, hingga pada tahun 2005, Asstuty mendapat kesempatan untuk mengikuti kursus menjahit.

"Saya menjahit sejak 2006. 2005 saya kursus, 2006 saya sudah mulai menjahit sampai sekarang," ungkap Astuty ketika diwawancara. Selasa, [25/3] siang di PLUT Labuan Bajo.

Astuty mengungkapkan bahwa ketertarikannya mengkuti kursus itu karena ia sering membantu ibunya menjahit. Dalam hati kecil Astuty selalu bergumam, "saya harus ikut kursus menjahit.

"Tertarik untuk ikut kursus menjahit karena mulai tertarik menjahit sejak SMP. Saya punya mama penjahit, saya sering bantu, jadi mulai dari situ saya ikut kursus," ungkapnya.

Hingga pada tahun 2018, Astuty kembali dipilih lagi oleh Balai Latihan Kerja [BLK] kabupaten Manggarai Barat untuk ikut pelatihan di Semarang. Pelatihan itu bagi Astuty untuk memperdalam lagi keahlian menjahit, hingga ia tak sadar bahwa keahlian itu membawanya menjadi seorang konsultan menjahit di PLUT Labuan Bajo.

PLUT sendiri berdiri pada bulan April tahun 2024 lalu. PLUT Labuan Bajo kabupaten Manggarai Barat memiliki 4 konsultan. Diantaranya, konsultan Digital, konsultan Agrobisnis, konsultan Kulineri dan konsultan Kriya.

"Saya sendiri bertanggung jawab di konsultan Kriya," katanya.

Kata Astuty, di PLUT Labuan Bajo sering mengadakan kegiatan pelatihan untuk turunan turunan tenun.

"Kami di sini membuat pelatihan pelatihan untuk turunan turunan tenun. Jadi, kain kain itu bukan hanya jadi sarbung, tapi kami buat supaya perca kain bisa kami buat ada harga atau ada nilainya," ungkapnya.

Misalnya, kata Astuty, pihaknya bikin holder, bisa dijual, bikin gantungan kunci itu bisa dijual.

"Jadi kami lebih kepada kreativitas saja. Supaya barang barang ini mentionnya tidak hanya jadi sarung, tidak hanya jadi taplak meja tapi bisa dijadikan tas, bisa dijadikan gantungan kunci," jelas Astuty.

Kemarin, pihaknya ke penjahit, ambil percahan sisa sisa penjahit. Sehingga kain ini yang dijahit oleh para pelaku UMKM ada yang warna hijau, ada yang merah dan ada yang hitam. "Itu dari perca. Jadi itulah yang kami olah," ungkap Astuty.

PLUT sendiri, kata dia belum buat produk, tapi hasil produksi pelaku UMKM yang ia latih, biasanya mereka titip.

"Kalau ada event, mereka titip. Misalnya kemarin ada festival Golo Koe. Kan tidak semua teman teman UMKM bisa ikut. Jadi mereka titip ke PLUT. Kayak Topi, Pouch, itu yang biasa mereka titip. Karena itu yang cepat laku karena banyak peminat," kata Astuty.

Selama dua hari, Senin 24 hingga Selasa 25 Maret, Astuty memberikan pelatihan kepada belasan pelaku UMKM desa Ngancar kecamatan Lembor kabupaten Manggarai Barat.

"Yang dilatih hari ini, Selasa [25/3] itu adalah Hobobek. Hobobek itu tas serbaguna. Bisa jadi tas untuk berbelanja, tas barang apa saja. Dan tadi itu ada Pouch. Saya itu melatih mereka pakai ritsleting," lanjutya

Selama memberi pelatihan, Astuty kerap mengalami tantangan.Tantangan paling besar bagi Astuty adalah banyaknya pelaku UMKM yang tidak bisa mengoprasikan mesin jahit listrik.

"Jadi yang pertama yang kami lakukan adalah pengenalan mesin dulu. Dan banyak mama mama yang tidak bisa jahit. Kayak sekarang, kemarin Yayasan Astra mengakui bahwa yang bisa jahit hanya lima. Tapi saya memotivasi supaya semua pegang mesin. Jadi saya kasih tugas. Kalau yang satunya sudah dapat, oke kita potong lagi, yang mudah yang mana, yang penting semua bisa injak mesin," jelasnya.

Kata Astuty, perkembangannya bagus. "Yang tadinya takut dengan mesin, ada mama yang takut strom dan lain lain, takut dengan mesin listrik. Hari pertamanya takut, tapi setelah dicoba, maunya nambah sampai besok. Jadi semangatnya mereka yang kita pupuk terus," ungkapnya.

Baginya, Kegiatan yang didapat hari ini bukan hanya ini tapi untuk hari hari selanjutnya.

"Produk dengan harga paling tinggi dijual itu dengan harga Rp. 196 ribu. Produk itu adalah tas yang kami kombinasikan dengan goni. Ada tas yang kami kombinasikan dengan kulit, tapi kecil tapi agak kecil, itu harganya Rp. 176 ribu. HPP nya tergantung dengan barang yang kita pakai. Menentukan nilai tingginya harga itu tergantung barang yang dipakai," pungkasnya.

Penulis
: Ven Darung
Editor
: Ven Darung
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru