Membayangkan NTT 2045: Emas atau Was-was?

Teguh Adi Putra - Jumat, 02 Mei 2025 06:58 WIB
Membayangkan NTT 2045: Emas atau Was-was?
Istimewa
Kuliah umum di Aula St. Hendrikus, Gedung Rektorat Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang menyoroti tema "Membayangkan NTT 2045: Emas atau Was-was?" pada Kamis (1/5/2025).
bulat.co.id, Kupang -Kuliah umum di Aula St. Hendrikus, Gedung Rektorat Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang menyoroti tema "Membayangkan NTT 2045: Emas atau Was-was?" pada Kamis (1/5/2025).

Kuliah umum ini menjadi ruang refleksi bersama antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, terkait arah dan masa depan pembangunan NTT menuju Indonesia Emas 2045.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Gubernur NTT, Melkiades Laka Lena, Anggota DPRD Provinsi NTT, Leonaedus Lelo, Kepala Dinas Sosial NTT Kanisius Mau, serta seluruh civitas akademika Unwira Kupang.

Rektor Unwira, Pater Philipus Tule, SVD, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kehadiran Gubernur NTT dalam kegiatan kuliah umum tersebut.

"Bapak Gubernur selalu hadir dalam berbagai momen penting di kampus ini, bahkan sebelum menjabat. Beliau juga pernah terlibat langsung dalam pembangunan fisik kampus, mendukung dari berbagai aspek, baik secara finansial, moral, dan politik," ungkap Rektor Unwira.

Ia menambahkan, dukungan nyata dari pemerintah provinsi terhadap pendidikan tinggi telah terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah pembangunan rumah susun mahasiswa (rusunawa) senilai Rp12 miliar yang dibiayai oleh pemerintah pusat dengan difasilitasi oleh Pemprov NTT.

"Atas nama civitas akademika Unwira, saya menyampaikan terima kasih atas perhatian dan dukungan konkret dari Bapak Gubernur dan seluruh jajaran pemerintah daerah," ujarnya.

Pater Philip juga menegaskan komitmen Unwira untuk terus bersinergi dengan pemerintah dalam mendukung pembangunan daerah, khususnya dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia di bumi Nusa Flobamorata.

"Kami mendukung program pengentasan kemiskinan dan penurunan stunting melalui Kuliah Tematik Semester (KKNT) dan pengabdian masyarakat yang diarahkan secara khusus, misalnya di Kabupaten Manggarai Timur," jelasnya.

Rektor menutup sambutannya dengan menyatakan kesiapan Unwira menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun generasi muda NTT menuju Indonesia Emas 2045. "Kita tidak ingin NTT 2045 hanya menjadi wacana emas yang penuh was-was. Kita ingin menjadikannya kenyataan bersama," tegasnya.

Dalam kuliah umumnya, Gubernur NTT mengajak seluruh civitas akademika untuk berpikir kritis dan visioner serta pentingnya memahami dinamika global, termasuk tren urbanisasi, ketimpangan wilayah, perkembangan teknologi, hingga ketidakpastian geopolitik.

"Dunia sekarang sedang menghadapi ketidakpastian yang luar biasa. Dari perang ekonomi global, ketimpangan pembangunan antar wilayah, sampai tantangan perubahan iklim dan energi," ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa pada 2045, sekitar 5% populasi dunia akan hidup di kawasan urban, sedangkan desa-desa mengalami pengurangan penduduk. Hal ini berdampak pada struktur ekonomi dan sosial, termasuk juga di NTT.

Gubernur juga menyoroti ketimpangan pembangunan sumber daya manusia dan ekonomi di NTT. Meski angka stunting masih tinggi (37,9%), namun ia mencatat ada peningkatan konsumsi dan investasi pemerintah.

Data Bank NTT menunjukkan defisit neraca perdagangan daerah sebesar Rp 51 triliun, dengan nilai impor Rp59 triliun dan ekspor hanya sekitar Rp 7 triliun. Potensi pariwisata juga menjadi perhatian, di mana dari 637 destinasi, hanya 18 yang memiliki sarana prasarana pendukung memadai.

"Labuan Bajo memang sudah mendunia, tapi destinasi lain seperti di Sumba Barat, Alor, dan Lembata belum optimal. Wisata mengejar paus biru di Lembata merupakan peluang langka yang perlu dikembangkan lagi." katanya.

Sektor pertanian, peternakan, dan perikanan juga disebutnya masih belum produktif, dan pemanfaatan lahan tidur masih sangat terbatas. "Kita butuh untuk membuka lahan, membangun bendungan, dan mendorong investasi produktif," ungkapnya.

Terkait energi, Gubernur menyoroti minimnya pemanfaatan potensi energi baru terbarukan NTT, dimana wilayah seperti Pulau Sumba masih mengalami keterbatasan jaringan listrik dan masih ketergantungan pada energi fosil.

Ia pun mendorong sinergi antara kampus dan pemerintah dalam merancang pembangunan. "Penyesuaian program studi dengan potensi lokal seperti kelautan, pariwisata, dan energi baru terbarukan sangat penting untuk menyiapkan generasi emas NTT 2045," tegasnya.

Kuliah umum ditutup dengan pertanyaan reflektif dari Gubernur Melki : "Apakah NTT menuju tahun emas 2045 dengan penuh harapan, atau justru dibayangi kekhawatiran?". Semua tergantung pada bagaimana saat ini kita memetakan potensi, mengatasi tantangan, dan membangun kolaborasi lintas sektor.***

Penulis
: Riki Cowang
Editor
: Ven Darung
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru